Jumlah penyandang diabetes
melitus di sejumlah negara, termasuk Indonesia, terus meningkat. Tetapi
peningkatan paling pesat terjadi di negara berpenghasilan
rendah-menengah. Saat ini, 60 persen populasi diabetes dunia ada di Asia.
Bila dibandingkan dengan orang di Eropa dan Amerika, orang-orang Asia memang lebih beresiko menderita diabetes melitus atau kencing manis. Orang Asia juga cenderung menderita penyakit ini meski indeks massa tubuhnya rendah atau tidak gemuk. Berbeda dengan di negara maju, diabetes sebagian besar terjadi pada orang yang obesitas.
Dalam beberapa penelitian disimpulkan, risiko diabetes yang membayangi orang Asia, terutama Asia
Selatan, adalah karena mereka memiliki otot lebih sedikit dan lemak
perut lebih banyak. Kondisi tersebut meningkatkan resistensi insulin
atau gangguan metabolisme tubuh sehingga tidak bisa memakai insulin
tubuh.
Teknologi imaging untuk mengukur lemak pada manusia juga menunjukkan, orang Asia
yang indeks massa tubuhnya (IMT) normal ternyata memiliki lebih banyak
lemak di sekeliling organ dalam dan di perut, dibandingkan dengan orang
Eropa yang nilai IMT-nya sama.
Faktor lainnya adalah perubahan gaya hidup menjadi kurang bergerak,
urbanisasi, dan kalori murah dalam bentuk makanan yang diproses,
terutama karbohidrat, membuat risiko diabetes mencuat.
Ancaman diabetes
tersebut sebenarnya bisa ditepis, antara lain dengan memiliki gaya
hidup sehat sejak dini. Menjaga pola makan sehat, mengurangi makanan
berlemak dan karbohidrat, serta banyak melakukan aktivitas fisik.
Jaga berat badan dan juga lingkar perut tetap normal. Selain itu,
lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, antara lain mengukur kadar
gula darah. diabetes
adalah penyakit yang pada awalnya tidak bergejala. Bila sudah timbul
keluhan, berarti penyakitnya sudah terlanjur memburuk. (BBC
News/Kompas.com/jabar.tribunnews.com)
Editor : Pradisma
Sumber: Tribun Jabar


0 comments